Apa yang dicari sebenarnya, pasar ide ramai sekali
disekeliling kita. Ada yang rumit serius adapula yang sederhana. Serius, istilah
ini kudefinisikan dengan “lurus”. Tak ada permainan emosi, yang ada adalah
logika dan rasionalitas, entah yang timbul dengan sendirinya atau dipaksakan. Dalam
kasus rasionalitas yang dipaksakan, prakondisi telah dirasionalisasi sedemikian
rupa sehingga masuk pula dalam kaidah berfikir kita. Apakah itu ada dalam dunia
nyata? Entahlah.. Dalam keseriusan, konklusi selalu bisa diambil. Dan satu hal,
seringkali serius tidak asik..
Lantas apapula sederhana itu? sederhana itu sesuatu apa
adanya tetapi seringkali menggelitik logika. Seringkali sederhana bersanding erat dengan “menggelikan”.
Dan menggelikan ini bisa dilihat karena kebodohannya bisa juga karena
kejeniusannya. Bagi-bagi kondom pada pekan kondom itu sederhana menurut saya, sekaligus
menggelikan..:)
Para konsumen ide tentu saja harus jeli atas kondisi yang
terjadi. Jangan sampai karena kemasannya dibuat sedemikian indah sehingga akan
menghilangkan substansi dan hakikatnya. Konsumsi akan ide yang paling pragmatis
adalah harus melihat tujuan dari konsumen tersebut. Jika mampu mencapai tujuan maka
ide bisa dianggap benar. Tapi apakah tujuan yang benar itu? Tentu akan banyak
parameter yang bisa digunakan. Ideolog, agamawan atau bahkan para filsuf mungkin
berbeda parameter tentang hal ini. Inilah sebenarnya yang penting untuk perhatikan
dengan seksama, bahwa manusia, tentu saja selalu terkait dengan kondisi
lingkungan sosial yang ada padanya. Jika demikian, maka hal esensial yang perlu
dipahami kemudian adalah pencarian kebenaran itu sendiri dalam konteks sosial-kultural
kemasyarakatan. Itulah mengapa suatu parameter kebenaran yang dihasilkan dalam
suatu konsensus lebih bertahan lama daripada parameter yang dipaksakan.
Disisi lain terdapat pula yang dinamakan proses
penciptaan. Inilah konsekuensi dari adanya akal budi manusia, bahwa manusia
bersifat kreatif. Kreatifitas ini akan memunculkan penciptaan dan penemuan dan
inilah yang membentuk perubahan. Bahwa selama manusia mencipta maka perubahan
akan selalu ada.
Konsensus dan perubahan inilah yang seharusnya berjalan
seiring. Bahwa perubahan hendaknya melalui konsensus dan konsensus ada juga
untuk perubahan meski juga tidak semata-mata. Pada akhirnya dialektika wacana
menjadi penting. Entah metode apapun yang dilaksanakan, yang penting harus
didasari niat dari hari tulus untuk selalu mencari kebenaran (parameter). Dengan
dengan adanya hati (dan juga emosi) inilah, dunia manusia menjadi lebih
berwarna karena bisa menetralisir keseriusan kita sekaligus bukan tidak mungkin
membawa ide pada kualitas menggelitik logika dengan caranya yang cerdas.
Dan pada akhirnya bisa dikata konsensus, perubahan dan
ide, Itulah kata kunci bagi harmonisasi. Mudah sekali sebenarnya.. dan saya
kita dengan konsensus pancasila dan bhineka tunggal ika, pendahulu kita adalah
orang-orang yang sederhana, karena mereka jenius.. :)