on Rabu, 11 Desember 2013
Tak bisa dipungkiri, bahwa semangat itu naik turun meskipun tak pernah padam. Setiap masa yang terlewati memberikan pelajaran dan makna berharga yang seharusnya tidak hilang begitu saja. Meski pernah suatu masa dirundung sesal, maka kedepan seharusnya penyesalan seperti itu bisa antisipasi.

Mungkin aku tak segarang kawan-kawan, terlalu pengecut untuk bisa disebut bergerak. Jargon-jargon tak dipungkiri memang membuat semangat dan keinginan itu membuncah kembali. Tetapi apa yang bisa kulakukan? Tak bijak memang jika harus menyalahkan keadaan. Keadaan tentu saja tidak salah dan tidak akan salah. Memang harus diakui aku ini masih pengecut, tidak cukup nyali membuat adrenalin ini bersorak sorai menghadapi ketakutan akan kenyataannya.

Hal itu tidak boleh terjadi sebenarnya. Demi masa dan demi yang menimpa siapapun juga, kearifan harus senantiasa dibangun dari kenyataan. Dengannya tangan-tangan Tuhan bekerja. Tuhan itu Maha Benar. Bagaimana tangan Tuhan bekerja tidak pernah salah. Dan belajar darinya bisa membuat kita semakin cerdas, kurasa..  Itulah yang seharusnya ada pada “diri” ini yang, sekali lagi seharusnya, selalu bisa merasakan, Tuhan itu sungguh dekat.

Dan pada akhirnya harus kuakui, jika aku masih terlalu takut sendiri..
on Selasa, 03 Desember 2013

Apa yang dicari sebenarnya, pasar ide ramai sekali disekeliling kita. Ada yang rumit serius adapula yang sederhana. Serius, istilah ini kudefinisikan dengan “lurus”. Tak ada permainan emosi, yang ada adalah logika dan rasionalitas, entah yang timbul dengan sendirinya atau dipaksakan. Dalam kasus rasionalitas yang dipaksakan, prakondisi telah dirasionalisasi sedemikian rupa sehingga masuk pula dalam kaidah berfikir kita. Apakah itu ada dalam dunia nyata? Entahlah.. Dalam keseriusan, konklusi selalu bisa diambil. Dan satu hal, seringkali serius tidak asik..

Lantas apapula sederhana itu? sederhana itu sesuatu apa adanya tetapi seringkali menggelitik logika. Seringkali sederhana bersanding erat dengan “menggelikan”. Dan menggelikan ini bisa dilihat karena kebodohannya bisa juga karena kejeniusannya. Bagi-bagi kondom pada pekan kondom itu sederhana menurut saya, sekaligus menggelikan..:)

Para konsumen ide tentu saja harus jeli atas kondisi yang terjadi. Jangan sampai karena kemasannya dibuat sedemikian indah sehingga akan menghilangkan substansi dan hakikatnya. Konsumsi akan ide yang paling pragmatis adalah harus melihat tujuan dari konsumen tersebut. Jika mampu mencapai tujuan maka ide bisa dianggap benar. Tapi apakah tujuan yang benar itu? Tentu akan banyak parameter yang bisa digunakan. Ideolog, agamawan atau bahkan para filsuf mungkin berbeda parameter tentang hal ini. Inilah sebenarnya yang penting untuk perhatikan dengan seksama, bahwa manusia, tentu saja selalu terkait dengan kondisi lingkungan sosial yang ada padanya. Jika demikian, maka hal esensial yang perlu dipahami kemudian adalah pencarian kebenaran itu sendiri dalam konteks sosial-kultural kemasyarakatan. Itulah mengapa suatu parameter kebenaran yang dihasilkan dalam suatu konsensus lebih bertahan lama daripada parameter yang dipaksakan.

Disisi lain terdapat pula yang dinamakan proses penciptaan. Inilah konsekuensi dari adanya akal budi manusia, bahwa manusia bersifat kreatif. Kreatifitas ini akan memunculkan penciptaan dan penemuan dan inilah yang membentuk perubahan. Bahwa selama manusia mencipta maka perubahan akan selalu ada.

Konsensus dan perubahan inilah yang seharusnya berjalan seiring. Bahwa perubahan hendaknya melalui konsensus dan konsensus ada juga untuk perubahan meski juga tidak semata-mata. Pada akhirnya dialektika wacana menjadi penting. Entah metode apapun yang dilaksanakan, yang penting harus didasari niat dari hari tulus untuk selalu mencari kebenaran (parameter). Dengan dengan adanya hati (dan juga emosi) inilah, dunia manusia menjadi lebih berwarna karena bisa menetralisir keseriusan kita sekaligus bukan tidak mungkin membawa ide pada kualitas menggelitik logika dengan caranya yang cerdas.

Dan pada akhirnya bisa dikata konsensus, perubahan dan ide, Itulah kata kunci bagi harmonisasi. Mudah sekali sebenarnya.. dan saya kita dengan konsensus pancasila dan bhineka tunggal ika, pendahulu kita adalah orang-orang yang sederhana, karena mereka jenius.. :)