Salah satu tokoh dari teori ketergantungan adalah Andre Gunder Frank, seorang ekonom Amerika
Serikat. Ia menyatakan bahwa “….Kapitalisme, baik yang global maupun yang
nasional, adalah faktor yang telah melahirkan keterbelakangan di masa lalu dan
yang terus mengembangkan keterbelakangan dimasa mendatang”.
Pada tahap ini
berbeda antara marxis dengan penganut ketergantungan. Jika marxis menganggap
kapitalisme akan melahirkan kemakmuran sekaligus penindasan yang pada akhirnya
akan melahirkan masyarakat sosialis yang salah satunya oleh kaum Bolsyewik
dilakukan dengan jalan revolusioner, maka ketergantungan justru menganggap
kapitalisme sebagai biang keladi keterbelakangan.
Frank dalam
teorinya mengembangkan konsep dari Prebisch mengenai negara pusat dan pinggiran
yang lebih menekankan pada aspek politis antara modal asing di negara-negara
pinggiran (satelit). Dalam rangka mencari keuntungan yang sebesar-besarnya,
pemilik modal asing ini bekerjasama dengan pemerintah dan kaum borjouis lokal
sehingga memunculkan kebijakan-kebijakan yang memihak pada pemilik modal
tersebut yang mengorbankan kepentingan masyarakat luas. Sehingga ada tiga aktor
utama dalam pembangunan, yaitu modal asing, pemerintah dan borjuis lokal. Dan
selanjutnya bisa ditebak, bahwa kegiatan perekonomian kemudian menjadi
“tergantung” dan memunculkan ketimpangan yang lebar dalam masyarakat negara
tersebut. Borjuasi lokal atau dalam istilah kita adalah pengusaha nasional,
dalam kondisi ketergantungan menjadi tidak berarti karena adanya mereka adalah
dalam rangka untuk kepentingan asing. Akumulasi modalpun akan lari ke pemilik
asing sehingga bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi negara yang tergantung
tersebut menguntungkan negara pusat sebagai pengekspor modal.
Disisi lain, anjuran
bedikari seolah hanya menjadi slogan saja. Membangun industri di negara
pinggiran bukan perkara mudah, karena teknologi dan pasar sudah dikuasai oleh
perusahaan multinasional yang telah mapan. Pentahapan menuju masyarakat
sosialis juga tidak berlaku disini, karena negara penggiran seringkali adalah
negara kapitalis tanpa melalui tahapan feodal dan revolusi borjuis. Karena
memang kaum borjuis telah dimapankan oleh kerjasama semu dengan pemilik modal.
Oleh karenanya bagi Frank, keterbelakangan hanya bisa diatasi melalui revolusi yang
melahirkan sistem sosialis, karena memang tidak mungkin ada perkembangan bagi
negara satelit selama negara satelit tersebut masih menginduk ke negara pusat
(metropolis).
0 komentar:
Posting Komentar