Sejarah dan Ruang Kebebasan

on Minggu, 01 Februari 2009
Sejarah, adalah sebuah realita yang tidak bisa terelakkan dari sebuah makna yang dinamakan kehidupan. Dengan segala keharubiruannya, sejarah tetap saja sejarah dan ia adalah bagian dari masa lalu. Dengannya manusia seharusnya bisa belajar bagaimana menghadapi dunianya. Karena bangsa yang besar (katanya) adalah bangsa yang menghargai sejarahnya dan manusia yang arif adalah manusia yang menghargai sejarah dirinya. Bukan saja sekedar sarana refleksi, tetapi lebih dari itu, kitalah yang membuat kegemilangan sejarah kita dimasa depan.

Sejarah manusia seringkali diwarnai dengan penindasan. Tak terkecuali bangsa kita. Bangsa besar yang seharusnya bisa menjadikan dirinya lebih besar dari sekarang. Sebuah bangsa yang tidak tahu mengapa, bisa menjadi terjajah lebih dari tiga abad lamanya. Dimana telah berhasil merasuk ke alam bawah sadar kita sebagai manusia merdeka bahkan sampai saat ini.

Penindasan dengan segala bentuknya pasti sangat menyesakkan. Lihat bagaimana bangsa kita menderita karena penindasan ini. Manusia sebagai subyek dari peradaban seakan-akan tidak lagi dihargai karena adanya penindasan ini. Dan lebih ironis, penindasan terhadap bangsa kita selalu saja dilakukan oleh mereka yang selalu menganggap bahwa dirinya adalah manusia beradab. Paling tidak sampai sejauh ini. Ironisnya kitapun mengembik begitu saja seolah tanpa pernah bersentuhan dengan anak peradaban yang dinamakan pendidikan. Atau ada yang salah dengan pendidikan kita? Yang jelas, kita sebagai manusia seharusnya mencipatakan sejarah kita sendiri, bukan serta-merta oleh dibuatkan oleh mereka. Dengan otak-otak kita sendiri, dengan tangan-tangan kita sendiri dan dengan harga diri kita sendiri, sebagai manusia yang memiliki sebuah peradaban kita sendiri, dan sebagai manusia sebuah bangsa yang besar, bukan sebagai manusia yang diberikan bangsa dan peradaban oleh mereka para penindas.

Penindasan sampai kapanpun akan mencelakakan. Dan lebih mencelakakan lagi tertindas tak pernah tahu behwa mereka ditindas. Penindas kini seolah-oleh sedang bersiap-siap menendang kita dengan salah satu dari kedua kakinya, bahkan sudah berani menyuruh kita menjilat ludah yang telah dimuntahkannya. Dan celakanya sebagian dari kitapun dengan suka hati melakukannya. Dan ironoisnya, sejarah seringkali memihak kepada para penindas. Dan pertanyaan kita, masihkah sejarah menisakan sedikit ruang untuk kebebasan? Seperti yang kita tahu, kebebasan adalah puncak pengharapan dari para tertindas. Sebuah pesimisme yang bias dan bisa membawa kita sedikit berimajinasi tentang bagaimana sebenarnya kebebasan itu. Ada yang bilang kebebasan bagi menusia adalah sebuah keniscayaan. Sebuah anugerah dan hak yang patut kita perjuangkan selayaknya kita berjuang untuk hidup kita. Dan yang pasti, sifat-sifat kemanusiaan kita telah dihargai dengan kebebasan itu.

Ada sebuah korelasi logis antara kebebasan dengan eksistensi kita sebagai seorang manusia. Bahwa dari kebebasanlah manusia sebenarnya mampu mengaktualisasikan dirinya secara mandiri. Tanpa bermaksud sangat mengagungkan kebebasan, tapi hendaklah kita menganggap kebebasan ini sebagai sebuah hak. Sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dpertahankan dan diperjuangkan. Karena dari sinilah kemerdekaan kita sebagai sebuah manusia dapat terakomodasi.

Pentingnya kebebasan ini dimulai dari penyadaran bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk yang dinamis. Sebuah kondisi yang mengisyaratkan adanya proses “menjadi” selama ia masih menyisakan umurnya didunia. Sadar atau tidak memang demikianlah kenyataannya dan itu adalah sebuah keniscayaan. Untuk selalu dalam proses menjadi inilah manusia memerlukan kebebasan. Proses “menjadi” ini sangat penting dalam kaitannya dengan aktualisasi akan potensi manusia sebagai makhluk Tuham yang paling baik kualitasnya. Apalah artinya kita dianugerahi potensi yang begitu hebat dari Tuhan, tetapi kita tidak mampu mengoptimalkannya. Sungguh sangat disayangkan apabila kita terjebak dalam kondisi yang demikian. Dan secara lugas adalah kesia-siaan dalam hidup!! Potensi adalah untuk dimaksimalkan dan dikembangkan untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik. Dalam konteks ini, kebebasan akan menyadarkan dan memfasilitasi fitrah kita sebagai pemimpin dimuka bumi ini. Atas dasar inilah, segala bentuk penindasan harus dimusnahkan dari bumi kita, bumi manusia..

Kita dianugerahi kaki, untuk berdiri sama tingggi dengan mereka. Kita dianugerahi mata untuk memandang sampai sejauh yang mereka pandang. Kita dianugerahi tangan untuk membalas pukulan yang mereka berikan. Kita dianugerahi otak, untuk berfikir sama baik bahkan lebih baik daripada mereka.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

manusia dilahirkan bebas dan merdeka!!

penalizt mengatakan...

Assalamualaykum...
Kebebasan yang tertinggi adalah ketika kita benar2 mampu menjalani hidup sesuai tuntunanNya dengan hati yang bebas, tanpa tekanan, sehingga hati mampu berkata lirih, "aku ikhlas karenaMu..."

Posting Komentar