Menembus untuk Menebus

on Rabu, 27 Januari 2010
Menelisik, mencoba mencari-cari celah untuk sekedar bereksistensi. Begitulah mengkin perilaku umum kita sekarang. Dan memang terdapat banyak sarana untuk menjadi ada, hingga menjadi tidak sekedar ada tentunya. Terkadang ada norma yang menyelingkupi. Dan apa yang terjadi tentunya menjadi telah menjadi suatu keniscayaan yang dimiiliki oleh manusia.

Seseorang, tidak bisa dipungkiri kadang menentang norma. Menentang apa yang diyakini oleh umum sebagai sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Hingga kemudian menjadi berfikir, adakah yang benar-benar salah dimuka bumi ini, dunia yang semakin lama, menurut sebagian orang menjadi semakin pragmatis dan permisif.

Seseorang, sang penentang norma itu tentu saja memiliki alasan untuk melakukannya. Saya percaya alasan selalu dimiliki manusia untuk melakukan sesuatu, meski terkadang manusia bertindak, yang katanya, tanpa alasan; tapi terlepas dari apapun itu, alasan biasanya mengandung tingkat rasionalitas tertentu. Dan sudah selayaknya, tindakan yang ada karena alasan, bisa dipertanggung jawabkan secara rasional. Apalagi tindakan-tindakan itu ada dan dilakukan dalam rangka proses menjadi yang merupakan suatu keniscayaan bagi manusia seperti yang disebutkan diatas.

Selanjutnya adalah mengenai nilai lebih. Ibarat suatu negara yang harus mempunyai nilai lebih sebagai prasyarat pertukaran dan perdagangan, dalam lingkup yang lebih kecil adalah karena manusia adalah subyek dari segala sesuatu. Nilai lebih harus diwujudkan secara rasional, meskipun tidak bisa dipungkiri selalu saja permintaan-penawaran yang mempengaruhi bagaimana nilai lebih itu bekerja tukar-menukar satu sama lain. Dan kalau sudah begini, bukan saatnya kita menyerah untuk menjadi pragmatis, tetapi harus berupaya sedemikian rupa sehingga mekanisme pertukaran itu menjadi lebih manusiawi. Karena bukankah manusia adalah makhluk rasional dan menjadi subjek bagi dunianya??

Selanjutnya, mari kita biarkan diri kita bebas, menikmati kebebasan sebagai prasyarat kemajuan, hingga suatu saat gelisah tersadar bahwa kita belum benar-benar bebas dan pada akhirnya mari kita nikmati kegelisahan ini sebagai suatu anugerah dan kebahagiaan.

0 komentar:

Posting Komentar