Kutipan

on Senin, 02 September 2013
Malam itu, Marie singgah ke tempatku. Ia bertanya apakah aku ingin menikahinya. Kujawab aku tak keberatan dan kami bisa melakukannya jika ia menginginkan. Ia juga ingin tahu apakah aku mencintainya. Kujawab seperti yang pernah kukatakan bahwa itu tak berarti apapun tapi aku mungkin tidak begitu.

“Lantas kenapa mau menikahiku?” tanya ia. Kujelaskan itu bukan masalah dan jika ia menginginkan  dan kujawab saja ya. Ia melanjutkan bahwa pernikahan adalah soal serius. Kusahut tidak. Ia tak berkata apapun untuk sesaat dan memandangiku dengan diam.

Lalu ia bicara. Ia hanya ingin tahu apakah aku menerima ajakan yang sama jika berasal dari wanita lain yang menjalin hubungan denganku. Kujawab, “Tentu saja.” Ia melanjutkan, dirinya bertanya-tanya apakah mencintaiku dan kukatakan aku tak tahu tentang itu. Satelah sunyi sebentar, ia menggumam bahwa aku aneh dan mungkin itu sebabnya ia mencintaiku, tapi suatu hari mungkin aku memuakkan untuk sebab yang sama. Aku tak berkata apapun karena tak ada yang perlu ditambahkan.  Ia tersenyum, meraih tanganku dan mengatakan ingin menikahiku. Kujawab kami akan melakukannya kapanpun ia mau.

 (dikutip dari Sang Pemberontak, Albert Camus)

0 komentar:

Posting Komentar